• Tidak ada hasil yang ditemukan

HOJODOUSHI -TEIRU DAN –TEARU SEBAGAI PENANDA ASPEK RESULTATIF DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG 結果相を表す補助動詞「~ている」と「~てある」 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HOJODOUSHI -TEIRU DAN –TEARU SEBAGAI PENANDA ASPEK RESULTATIF DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG 結果相を表す補助動詞「~ている」と「~てある」 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang

“Linguistik” berarti “ilmu bahasa” . Kata “linguistik” berasal dari kata

Latin lingua ‘bahasa’ (Verhaar, 1996: 3). Cabang-cabang linguistik di antaranya

adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

Ilmu linguistik perlu dipelajari agar bahasa yang manusia gunakan sebagai

alat untuk berkomunikasi bisa menjadi lebih runtut dan mudah dipahami. Di

dalam linguistik, pembelajar bahasa Jepang perlu memperhatikan gramatika

kalimat-kalimat yang akan digunakan, karena jika susunan kata dalam sebuah

kalimat tidak runut maka makna yang dimaksud tidak akan tersampaikan dengan

baik. Untuk membentuk kalimat yang baik kita harus mengetahui mengenai

gramatika. Menurut Iwabuchi (1989: 254) aturan-aturan mengenai bagaimana

menggunakan dan menyusun kata-kata menjadi sebuah kalimat disebut dengan

gramatika.

Salah satu cabang linguistik yang mengkaji mengenai gramatika kalimat

adalah sintaksis. Menurut Surono (2011: 1) sintaksis merupakan bidang linguistik

yang mempelajari kaidah-kaidah yang mengatur bagaimana kata-kata

(2)

Di dalam bahasa Jepang, terdapat pola-pola kalimat yang menyatakan

kegiatan sedang berlangsung, masih berlangsung, sudah terjadi dan akan

berlangsung. Dalam ruang lingkup sintaksis, bagian yang mempelajari tentang

pola-pola kalimat tersebut adalah aspek. Aspek menunjukkan segi arti verba yang

berkaitan dimulainya, berlangsungnya, diulang-tidaknya, selesai-tidaknya, atau

adanya hasil tidaknya, dari keadaan atau tindakan tersebut (Verhaar, 1996: 239).

Sutedi mengatakan, aspek dalam bahasa Jepang bisa diekspresikan dengan

cara menggunakan berbagai bentuk verba. Untuk menyatakan aspek dalam bahasa

Jepang, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: (1)

menggunakan verba bentuk –te + verba bantu (hojodoushi), (2) menggunakan

verba selain bentuk –te. Contoh hojodoushi yang mengikuti verba utama

(hondoshi) bentuk –te yang berhubungan dengan aspek yaitu: iru, kuru, iku, aru,

danoku(2011: 93).

Hojodoushiyang menarik untuk dibagi menurut penulis adalahhojodoushi

–teiru dan –tearu. Hojodoushi –teiru merupakan pemarkah aspek progresif yang

menyatakan makna aktivitas sedang berlangsung. Namun, selain menunjukkan

makna sedang berlangsung, –teirujuga memiliki beberapa makna lainnya. Berikut

contoh kalimat yang menunjukkan beberapa makna darihojodoushiteiru.

Contoh kalimat dan maknahojodoushi -teiru:

(1) 父は部屋で新聞を読んでいます。 (Etsuko Tomomatsu, dkk, 2007: 168)

Chichi /wa/ heya / de/ shinbun/ wo/ yondeimasu.

(3)

Hojodoushi -teiru pada contoh kalimat (1) di atas menunjukkan makna kegiatan

yang sedang berlangsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan kalimat yondeimasu

yang memiliki makna sedang membaca.

(2) 私は毎年富士山に登っています。 (Etsuko Tomomatsu, dkk, 2007:169)

Watashi/wa/ maitoshi / Fujisan /ni / nobotteimasu.

Saya /par/setiap tahun/ Gunung Fuji /par/ mendaki. ‘Saya setiap tahun mendaki Gunung Fuji.’

Hojodushiteiru pada contoh kalimat (2) menunjukkan aktivitas yang rutin

dilakukan atau berulang-ulang. Ditunjukkan dengan kata maitoshi yang berarti

setiap tahun.

(3) この道が曲がっている。 (Sutedi, 2011:96)

Kono/michi/ga/magatteiru

Ini /jalan/par/membelok ‘Jalan ini membelok.’

Hojodoushiteiru pada contoh kalimat (3) menunjukkan makna keadaan jalan

yang berbelok.

(4) ドアが開いています。 (Etsuko Tomomatsu, dkk, 2007:165)

Doa /ga / aiteimasu

Pintu/par/ terbuka ‘Pintu terbuka.’

Hojodoushiteiru pada contoh kalimat nomor (4) menunjukkan keadaan pintu

sudah dalam kondisi terbuka.

Hojodoushi lain yang memiliki struktur dan makna yang hampir sama

dengan –teiru yang menyatakan keadaan adalah –tearu. Hojodushitearu yang

(4)

Contoh kalimathojodoushitearu:

(5) ドアが開けてあります。 (Etsuko Tomomatsu, dkk, 2007:165)

Doa /ga /aketearimasu

Pintu/par/terbuka ‘Pintu terbuka.’

Hojodoushitearu pada contoh kalimat atas nomor (5) mempunyai makna hasil

aktivitas yang sudah selesai dilakukan. Dan hasilnya terlihat atau bisa dirasakan

yaitu dari kondisi pintu yang sudah terbuka.

(6) 暑いので、まどがあけてある. (Akiko dkk, 2005: 26)

Atsui /node/mado /ga /aketearu

Panas/ par /jendela/par/dibuka. ‘Karena panas, jendelanya dibuka.’

Penggunaan hojodoushi contoh (6) di atas menunjukkan keadaan sebagai

hasil perbuatan. Terlihat dari keadaan jendela yang terbuka karena alasan panas

dan ada indikasi bahwa seseorang telah melakukan aktivitas tersebut.

Dari beberapa contoh kalimat di atas, contoh kalimat –teiru dan –tearu

nomor (4) dan (5) memiliki struktur dan makna yang hampir sama, yaitu

sama-sama memiliki makna yang menunjukkan keadaan. Hal tersebut menyulitkan

pembelajar pemula bahasa Jepang. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut agar bisa menemukan perbedaan yang terkandung dalam hojodoushiteiru

dan –tearu.

.

1.1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan

(5)

1. Bagaimana struktur dan makna yang terkandung dalamhojodoushi

teirudan –tearu?

2. Apa perbedaanhojodoushiteirudan –tearu?

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan struktur dan makna yang terkandung dalam

hojodoushiteirudan –tearu dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Untuk mendeskripsikan perbedaan hojodoushiteiru dan –tearu

dalam kalimat bahasa Jepang.

1.3 Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan karena semua bahan dan data

yang digunakan diperoleh dari sumber-sumber buku yang berhubungan dengan

tema yang diteliti. Penelitian ini dibatasi hanya akan membahas tentang makna

keadaan yang terkandung dalam hojodoushiteiru dan –tearu dan apa saja

perbedaan yang dimiliki oleh kedua hojodoushi tersebut. Untuk mengetahui

perbedaan dan persamaannya, ruang lingkup pembahasan penelitian ini hanya

akan mencakup dalam lingkup kalimat saja (sintaksis) dan makna (semantik) tidak

sampai antar kalimat (wacana).

Data diambil dari beberapa sumber seperti novel Anata Hanashi wa Naze

(6)

Indonesia the World Culture Guide Series. Selain itu dari web berbahasa Jepang

seperti www.weblio.jp, www.asahi.com, www.yourei.jp, dan www.alc.co.jp.

1.4 Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pengumpulan

data, analisis data, dan penyajian hasil data.

Tahap pertama adalah pengumpulan data. Disini akan dilakukan

pencarian data mengenai contoh-contoh pola kalimat –teiru dan –tearu yang

diambil cerpen maupun novel bahasa Jepang, dan web bahasa Jepang. Dari data

yang sudah terkumpul kemudian dipilah lalu data yang sudah dipilah tersebut

dimasukkan ke kartu data. Data tersebut kemudian dipilah berdasarkan persamaan

dan perbedannya.

Tahap kedua adalah tahap analisis data. Metode yang digunakan adalah

metode agih. Metode agih adalah metode penelitian bahasa yang alat penguji

bahasanya berhubungan dan berada di dalam serta merupakan bagian dari bahasa

yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik dalam metode agih yang akan

digunakan adalah teknik pilah, yang memilah atau mengurai suatu konstruksi

tertentu atas unsur-unsur langsungnya. Setelah pengumpulan data dilakukan, pada

tahap ini akan diuraikan struktur dan makna kalimat bentukhojodoushiteirudan

tearupada kalimat bahasa Jepang.

Tahap terakhir adalah penyajian hasil analisis data. Metode penyajian data

(7)

penjabaran dari masing-masing metode penyajian tersebut (Sudaryanto, 1993 :

145). Hasil analisis data yang dijadikan objek penulisan diuraikan secara

deskriptif, dengan tujuan memperjelas masalah dalam penulisan yang diteliti.

1.5 Manfaat

Manfaat penelitian (ilmiah) mempunyai manfaat bagi pengembangan ilmu

yang bersangkutan. Penelitian ini akan memaparkan suatu teori, lalu

membuktikan dengan data-data, dan menganalisis teori tersebut yang bertujuan

untuk menambah referensi mengenai hojodoushi -teiru dan -tearu. Sehingga

penulis maupun pembaca khususnya pembelajar pemula bahasa Jepang akan

paham mengenai perbedaanhojodoushiteirudan –tearuitu sendiri.

Manfaat penelitian ilmiah yang lain adalah bersifat praktis. Karena disini

sasaran dan topiknya adalah tentang bahasa Jepang, maka hasil penelitian ini akan

relevan dengan pengajaran bahasa jepang sehingga dapat menjadi referensi bagi

pembelajar pemula bahasa Jepang.

1.6 Sistematika

Bab I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang dan rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, metode penelitian dan

(8)

Bab II berisi tinjauan pustaka dan landasan teori yang berisi

penelitian-penelitian terdahulu mengenai hojodoushiteiru dan –tearu kerangka teorinya

berisi makna hojodoushi, hojodoushiteiru dan –tearu perbedaan apa saja yang

dipunyai keduahojodoushitersebut.

Bab III berisi tentang pemaparan hasil dan pembahasan mengenai analisis

dari data-data yang diperoleh, kemudian menggunakan teknik deskripsi untuk

mengetahui struktur dan makna bentukhojodoushiteirudan–tearu.

Bab IV dalam bab ini penulis memberikan simpulan dan saran berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Mengawali kata pengantar tugas akhir ini tiada yang lebih utama dari pada mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua hikmat dan rahmat-Nya, penulis

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Lampiran II Huruf D Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 ten tang

Segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala limpah rahmat serta berkah hidayah yang telah diberikan Nya sehingga penulis dapat mneyelesaikan skripsi

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan melihat pemanfaatan jaringan tetangga sebagai tenaga kerja yang terbangun dalam usaha industri konveksi

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pola pengasuhan anak terkait dengan sosialisasi agama yang dilakukan oleh keluarga berbeda keyakinan agama di Desa

Pertumbuhan Navicula sp dengan perlakuan lampu TL 60 watt mengalami fase eksponensial selama enam hari hingga meningkat pada hari ketujuh dengan kepadatan 73 x

Dalam penelitian disertasi ini, bank soal yang digunakan adalah bank soal mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) tingkat pendidikan SMP/MTs kelas. Jumlah soal ada 193